Yayasan Dayah Babussalam Baktiya

Biografi Abu Panton, Guru Baba Zukhdi

Meskipun tidak mengeyam pendidikan formal, Abu Panton menjadi sosok berpengaruh yang berkiprah luas dengan kegiatan padat mulai dari memberi ceramah keagamaan dan diskusi ilmiah bahkan diundang menjadi peserta dan pembicara seminar baik di tingkat nasional maupun internasional.

Masa hidupnya Abu Panton, sempat mengaku dirinya jahil (bermakna bodoh dalam bahasa Arab) ini karena akibat konflik yang berkepanjangan di Aceh. Ia mengaku hidup dalam keadaan trauma akibat konflik bersenjata, setiap kali diantar untuk belajar mengaji ke dayah-dayah (pesantren) di Aceh selalu merasakan konflik.

“Saat itu saya tidak memiliki cita-cita karena kalau menjadi guru akan dibunuh sementara menjadi ulama juga dikejar-kejar,” katanya. Ia mengaku hidup dalam keadaan trauma akibat konflik bersenjata, setiap kali diantar untuk belajar mengaji ke dayah-dayah (pesantren) di Aceh selalu merasakan konflik. “Sekarang saya juga belum merasa damai meskipun kesepakatan (MoU) damai sudah ditandatangani. Hati saya masih berdebar-debar, khawatir kapan akan terjadi lagi konflik .

Pesan Pesan Abu

Dalam salah satu pengajian di Dayah Malikussaleh, Abu Panton sempat mengatakan bahwa seseorang akan kehilangan agamanya disebabkan oleh empat faktor. antara lain: tidak mengamalkan apa yang diketahui, mengamalkan apa yang tidak diketahuinya, tidak mencari tahu apa yang tidak diketahui, dan menolak seseorang yang hendak mengajari sesuatu yang tidak diketahui.Hal ini dikarenakan manusia tidak bisa bersandar kepada diri sendiri atau pun kepada mahluk lainya, untuk mendorong hal itu manusia harus mengetahui jalan syariat serta berpegang teguh padanya, jalan syariat yang kami maksudkan disini adalah jalan yang dituntun sumbernya dari wahyu Ilahi dan sunnah Rasul. 

(Sulaiman Hasyim, Tgk Ibrahim Berdan (Abu Panton) Jalan Menuju Zuhud) Dalam tausyiahnya saat itu, Abu Panton memberi saran kepada pemerintah agar betul-betul memberi perhatian pada penguatan syi’ar agama di gampong-gampong. Pemerintah harus membuat program untuk menghidupkan shalat berjamaah dan pengajian di gampong-gampong. Abu juga mengingatkan agar sesudah shalat magrib harus ada pengajian kitab kepada masyarakat. Dan untuk mewujudkan hal ini harus ada perhatian dan instruksi dari pemerintah serta di dukung dengan penyediaan dana oleh pemerintah.

Selain itu, program-program syi’ar Islam di gampong atau meunasah harus didukung secara serius oleh keuchik atau kepala desa setempat. Ini artinya, Abu Panton menyadari bahwa penguatan syi’ar agama di Aceh sekarang harus diperkuat di gampong-gampong dan pemerintah harus mendukungnya secara total. Abu juga berpesan, jangan sampai ada Imum Gampong yang tidak bisa memandikan jenazah. Artinya, pemerintah dalam hal ini Dinas Syariat Islam yang bekerjasama dengan lembaga ulama seperti MPU, HUDA dan Inshafuddin harus memberi penataran kepada setiap imum gampong secara menyeluruh terkait hal-hal yang bersyariat islam

Abu Panton juga memberi masukan agar pemerintah bisa menyeleksi da’i atau pendakwah dengan mengeluarkan surat dari pemerintah dengan rekomendasi para ulama sehingga tidak ada lagi ajaran sesat. Untuk hal ini, Abu memandang perlunya dibentuk suatu badan penelitian kesempurnaan pendidikan agama di Aceh agar kasus aliran sesat bisa dicegah. Beliau juga mengusulkan, Imam masjid di daerah Aceh harus menjadi perwakilan MPU sehingga data agama di gampong bisa dibawa ke MPU kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.

Hal itu menandakan bahwa Abu Panton memahami betul pentingnya administrasi dan manajemen yang rapi dalam berdakwah dan penguatan ajaran agama. Selain itu, Abu juga mengusulkan, agar pemerintah meneliti persoalan agama yang berkembang di Aceh hingga nanti tidak berkembang ajaran atau aliran sesat yang bisa berakibatnya pada kekacauan di masyarakat. Fenomena keagamaan dan cara memahami agama masyarakat Aceh harus senantiasa terus dalam kajian dan perhatian serius karena memang seorang pemimpin itu bertanggungjawab dunia dan akhirat.

Penguatan agama

Dalam rangka penguatan agama di ranah pendidikan, Abu Panton mengatakan harus ada muatan agama dalam segala kurikulum pendidikan. Ini bermakna, bahwa pemikiran Abu Panton sejalan dengan pemikiran tokoh pendidikan Islam dunia semisal Naquib Alattas yang menggagas proyek Islamisasi pendidikan. Harus kita akui, satu sebab sulitnya implementasi syariat Islam di Aceh saat ini adalah disebabkan minimnya dukungan dari ranah pendidikan dengan berbagai institusinya.

Pelajaran-pelajaran umum yang diajarkan kepada siswa sangat jarang mampu dikorelasikan dengan nilai-nilai agama. Bahkan yang lebih ironis, di lembaga pendidikan umum pelajaran agama sangat sulit mendapatkan tempat. Abu juga menyampaikan agar pemerintah lewat Dinas Pendidikan maupun Badan Dayah untuk menyusun buku agama yang tidak ada khilafiyah seperti buku akidah agar jangan sampai buku akidah anak SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi harus diimpor dari luar.
Dalam aspek pengamalan agama, Abu Panton memandang perlunya ketegasan agar pemerintah untuk “Penegakan hukum itu harus tegas dalam menegakkan syariat seperti shalat berjama’ah, jika ada pegawai yang tidak shalat Jum’at agar di tangkap aja. Bahkan, Jama’ah wajib sesuai dengan amanah Nabi untuk menampakkan kesatuan dan persatuan umat Islam. Dalam pertemuan tersebut, Abu juga mengusulkan agar diadakannya dakwah untuk menjawab tantangan atau hal-hal baru yang masuk ke Aceh.

Guru –guru Abu Panton

Diantara guru-guru Abu Panton adalah Abu Idi cut( Matang geuto) Abu Aron , Abon Aziz Samalanga ,Abu H. Muhammmad Kasem Tb Bireun, Tgk. Ibrahim Ishaq (Abu Budi Lamno), Abon Tepin raya , Abu Muhammad Siriget Langsa, Abu Usman Kuta Kreung( Abu Kuta) dan lainnya.

Murid-murid Abu Panton

Selama menimba ilmu di Dayah MUDI Mesra Samalanga Abu panton belajar pada ulama dan gurunya . sebelum mendirikan Dayah Malilussaleh Panton Labu, abu panton telah berhasil mendidik kader ulama didayah Mudi mesra Samalanga diantaranya : Ayah Calee( Tgk Ismail Calee) Tgk Hanoel Basri (Abu Mudi) pimpinan MUDI Mesra Samalanga, Tgk H. Nuruzahri Yahya( Waled Nu) pimpinan Dayah Ummul Aiman Samalanga, Waled Marzuki Mudi Mekar Bekasi Jawa Barat dan lainya.

Sekembalinya Abu Panton dari Samalanga dan memimpin Dayah Malikussaleh tahun 1975, Abu panton berhasil mendidik murid-muridnya menjadi ulama dan tokoh masyarakat diantaranya Abu Muhamad Ali Paya pasi(abu payapasi) memimpin Dayah BustanulHuda, Abi Darkasyi Matang panyang(Abi Matang Panyang) memimpin Dayah Darul Mutalimin, Abu Jamaluddin Ulee Gle Aceh Pidie Pimpinan Dayah Darul Falah Ulee Gle, Abu Ismi ilot Aceh Pidie, Pimpinan pesantren , Tgk Bukhari Ribee pimpinan Dayah Bustanul Ma’arif , anggota MPU pidie, pengasuh majlis ta’lim dibeberapa tempat di pidie , Tgk Waled Husaini Abdul Wahab ( anak Abu Selimum) Aceh Besar, Tgk Tajuddin Lampisang Seulimum Aceh Besar, pimpinan Dayah Al-Hijrah, Tgk Abdul Halim Bayu(alm), Tgk H Baihaqi(Baba Panton) pimpinan Dayah Malikussaleh Putra, Tgk Tu Busairi Tanjungan, pimpinan Dayah di Tanjungan, Tu Bulqaini, Pimpinan Dayah di Lueng bata Banda Aceh, Abi Ibnu Ali bujok pante breuh, dayah Darul Arafah. Abah Burhanuddin . pimpinan Dayah BUDI Malikussaleh Idi Cut , Abi Nawawi Abdul Mutalib ( keponakan Abu panton) Pimpinan Dayah Serambi Mekkah Idi Cut, Dr .Tgk H. Muhammad Zukhdi Karimuddin Lc, MA.(putra Abu Karimuddin M.Amin)disapa baba Aleu Bili, pimpinan Yayasan dayah Babussalam Baktiya, Tgk Marhaban Husni Bambel, Kutacane, Aceh Tenggara. Ia mengasuh pondok pesantren Nurul Islam di Bambel, weled Khalil Muhammad seuriget pimpinan dayah Darul ma’arif Tgk H. Salahuddin (abati bireum pontoeng) Langsa.bustanul malikussaleh ruhul kudus, waled Khalil Bayu sungai pauh firdaus Langsa, pimpinan Dayah al huda malikussaleh , tgk Rusli Daud( waled Rusli) pimpinan Dayah Misri Huda Malikussaleh lam jamee Banda Aceh dan banyak ulama dan murid yang tidak dapat dirincikan.

Wafat Abu Panton

Abu Panton, wafat sekitar pukul 18.30 WIB, Senin 29 April 2013. Beliau dimakamkan di Komplek Dayah Malikussaleh Putra, Rawang itek Panton Labu Aceh Utara, beliau meninggalkan satu Isteri(pimpinan Dayah malikussaleh sekarang) dan beberapa saudara Yaitu Tgk Zainal abiding, Tgk Usman dan Tgk H. Abubakar dan seorang adik perempaun bernama Marhamah.

Referensi

      1. Dr. Tgk. H. M. Zukhdi Karimuddin, Lc., MA., Pengantar Studi Fiqh Mazhab Syafi’i, (2021 : Bandar Publishing).
      2. Tgk. H Ibrahim Bardan, Resolusi Konflik Dalam Islam, kajian Normatif dan Historis Perspektif Ulama Dayah(,Banda Aceh:Aceh Institute,2008)
      3. Teuku Zulkhairi, MA, Ketua Departemen Riset Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Email: abu.erbakan@gmail.com

    Pencarian

    Artikel Update

    Media Grafis

    Scroll to Top
    logo Dayah Babussalam

    Login

    [ultimatemember form_id="900"]